“Kamu berhak membuat perjalanan baru tanpa persetujuanku. Kamu tidak perlu izinku untuk mengubah haluan.”

Aku tidak akan bertanya-tanya mengapa kamu meninggalkanku. Jawabannya jelas, kamu tidak mencintaiku dengan sungguh. Mengapa kamu tidak mencintaiku? Karena banyak kekuranganku yang membuatmu merasa aku tidak baik untukmu. Itu sebabnya kamu memutuskan pergi tanpa sepatah kata. 


Aku bisa mengerti tanpa perlu memintamu memberi alasan atas kepergian yang begitu mendadak. Tidak apa-apa, aku mengerti. Aku tidak akan menahanmu, aku tidak akan mengejarmu untuk meminta jawaban. Kamu berhak membuat perjalanan baru tanpa persetujuanku. Kamu tidak perlu izinku untuk mengubah haluan. 


Kemarin, aku merasa sikapmu begitu jahat. Pergi begitu saja tanpa aba-aba. Tapi sekarang aku sadar, akulah yang jahat. Sebagaimana yang pernah kamu katakan bahwa aku adalah perempuan jahat. Aku akan lebih jahat jika terus menahanmu bersamaku. Karena sekarang aku paham, menghabiskan waktu bersamaku bukanlah momen yang menyenangkan. Tidak ada hal indah yang bisa kubagikan padamu.


Selama ini aku pasti merepotkanmu. Membebanimu yang sebenarnya sudah menanggung banyak beban lain. Aku tidak lagi marah atas keputusan sepihak ini. Aku tidak akan menuntutmu untuk menepati janji. Aku akan menerima semuanya. 


Aku tidak akan bertanya-tanya kamu pergi ke mana. Aku yakin setiap jalan yang kamu pilih telah melewati perenungan panjang. Aku sudah berjanji tidak akan merecoki jalan hidupmu. Aku juga akan pergi jauh. Hatiku sakit. Aku kecewa. Aku terluka. Aku sudah seberani itu membawamu ke hadapan orang tuaku. Aku bahkan membawamu berjalan-jalan di sini. Puluhan mata menyaksikan dan meyakini kita berdua adalah pasangan yang serasi. Tapi tenang, aku tidak akan marah setelah apa yang terjadi. Rasa malu, sakit dan kekecewaan ini akan aku tanggung sendiri. Aku tidak akan membebanimu untuk ikut merasakan penderitaanku. Karena semua jelas salahku, membuka hati di saat sedang patah hati adalah kesalahan paling fatal. Harusnya aku tidak terburu-buru membuka hatiku untukmu. Aku tidak menyalahkanmu, kamu memang memberikan harapan, tapi jika aku tetap teguh menutup hati dan tidak berharap, pasti sekarang takkan sesakit ini.


Sekarang pasti sudah lega kan? Kamu seperti melepas layangan, bukan sedih yang kamu rasakan, tapi perasaan lega. Akhirnya kamu punya kebulatan tekad untuk melepaskan benang yang semula tergenggam. Pasti menyakitkan ya selama ini? Aku minta maaf. 


Aku tidak ingin melihatmu lagi. Meski aku berharap kamu bahagia, tapi jujur saja aku tidak mampu melihatmu lebih bahagia dari sebelumnya. Aku tidak mampu. Egois ya? Oleh karena itu, semoga semesta tidak mempertemukan kita lagi. Semoga jalan yang kamu pilih membawamu jauh dari jalan yang ku susuri. Tapi mungkin saja suatu hari aku akan berubah dan punya kekuatan untuk melihatmu bahagia. Mungkin. Tenang saja, aku tidak berharap apalagi berdoa hal buruk menimpamu. Tidak sama sekali, sebaliknya, aku berdoa semoga kamu jauh dari marabahaya. Semoga Allah senantiasa melindungi dan menuntun hatimu untuk selalu taat.  


Aku bahkan tidak bisa menangis. Kamu tahu aku mudah sekali menangis bukan? Tapi setelah kepergianmu aku tidak bisa menangis. Dadaku terasa sesak tapi air mataku tertahan. Jadi rasanya lebih menyakitkan dan menyesakkan. Rongga dada begitu penuh. Aku harus berkali-kali menarik napas panjang agar merasa sedikit lega. Sesak sekali rasanya. Aku pernah patah hati, tapi kali ini lebih menderita karena aku tidak bisa mencurahkannya melalui air mata. Rasanya mau gila. Tapi aku malu jika orang lain tahu bahwa aku sedang terluka. Aku ingin baik-baik saja seperti sebelum kita bertemu. Aku hanya butuh waktu. 


Setelah ini aku akan lebih berhati-hati. Tidak semua lelaki bisa mempertanggung jawabkan ucapannya. Aku tidak boleh percaya begitu saja. Aku harus lebih peka untuk melindungi hatiku. Tidak ada jaminan atas keseriusan yang hanya diucapkan melalui pesan teks di WhatsApp. Aku yang bodoh dan terlalu naif. Bukan salah semesta jika sekarang aku terluka. Karena aku yang terlalu polos dan mudah percaya. Bisa-bisanya aku percaya diri kalau kamu mencintaiku. Hahaha. Aku merasa sangat bodoh. Aku malu sekali. 


Kelak, jika ditakdirkan untuk jatuh cinta lagi. Semoga aku jatuh cinta kepada seseorang yang bisa aku miliki. Seseorang yang dengan segenap ketulusan dan keberanian melamar lalu menikahiku. Semoga aku jatuh cinta kepada seseorang yang juga sangat mencintaiku. Seseorang yang mau bersabar dalam menghadapiku. Semoga. 


Selama hidup hampir seperempat abad, aku belum pernah di-ghosting. Aku belum pernah ditinggalkan begitu saja seperti sampah. Aku belum pernah diperlakukan secuek ini. Aku belum pernah diabaikan dan dilupakan begitu saja seperti tidak ada artinya. Jadi ini pertama kali dan semoga terakhir kalinya, karena rasanya begitu sakit. Aku tidak mau merasakan sakit yang seperti ini lagi. Aku mohon ampun kepada Allah jika pernah menyakiti hambanya. Aku mohon jangan takdirkan aku untuk mengalami hal serupa. Aku ingin bahagia. Aku ingin dicintai dengan cara yang aku inginkan dan aku rasa nyaman. Aku juga ingin seperti yang lain, berpasangan dengan seseorang yang teduh pandangannya, lembut tutur katanya, romantis dan penyayang sikapnya. Aku mohon cukup kali ini saja Ya Allah. 


Kalau bukan denganmu aku pasti tidak tahu bahwa saat perempuan marah maka abaikan saja. Selama ini yang aku tahu dan alami, saat perempuan marah pasti dibujuk dan diberi perhatian lebih. Bahkan ada yang begitu romantis mengirimkan hadiah dan kata-kata indah. Bukan nilai hadiah secara nominal yang dinilai, tapi usaha, ketulusan dan kesungguhan pasangan untuk memperoleh maaf. Aku tidak menginginkan hal muluk-muluk itu. Aku hanya ingin kamu meminta maaf dengan tulus. Bukan selalu membela diri dan tidak mau mengakui kekeliruanmu.


Aku baru kali ini mengalami saat ngambek diabaikan, didiamkan bahkan ditinggalkan begitu saja. Hahaha rasanya malu sekali. Aku pikir aku layak dikasihi, disayangi dan dimanja. Aku kira hubungan bisa seromantis dan semenyenangkan itu. Maaf, aku memang kekanak-kanakan. Tapi sekali lagi, karena aku bukan orang yang kamu inginkan, jadi aku tidak akan pernah memperoleh apa pun. Kamu tidak akan mengusahakan apa pun untuk mendapatkan maaf dari perempuan seburuk aku. Selama ini jika aku marah, kamu akan marah kembali. Kamu akan memojokkan dan menyalahkanku. Membalas berkali-kali lipat semua hal buruk yang bahkan tidak sengaja aku lakukan. Hubungan ini bukan selayaknya hubungan romansa pada umumnya, kita lebih tepat disebut musuh. Aku seperti diospek Kakak tingkat haha. 


Orang bilang jika lelaki benar-benar mencintai maka akan bertambah rasa sabarnya. Sebaliknya perempuan malah lebih mudah sekali marah. Selama bersamaku kesabaranmu setipis tisu. Itu artinya bukan aku perempuan yang kamu inginkan. Aku harus menerima fakta. Jika memang bukan aku perempuan yang ingin kamu jaga hatinya. Aku bukan perempuan yang layak mendapatkan versi terbaik dari dirimu. Bukan aku yang tepat untuk kamu perjuangkan. Aku bukan cinta terakhirmu. 


Aku kalah. Aku tidak sehebat itu untuk memenangkan kompetisi ini. Kamu pemenangnya. Aku mengakui kamu memenangkan hubungan ini. Aku kalah telak, sekarang keadaanku terpojok babak belur menahan sakit. Kamu melenggang pergi dengan senyum bangga. Selamat ya. Kamu memang hebat. 


Sebagaimana musim, kesedihan ini pasti berlalu. Aku pasti sembuh. Aku pasti bisa mengikhlaskanmu. Aku pasti bisa bersikap biasa saja jika tiba-tiba semesta mempertemukan kita secara kebetulan. Aku tidak lagi membencimu.


Meski kamu tidak butuh doaku, aku akan tetap berdoa untuk satu hal ini. Semoga Allah memberi hidayah kepadamu untuk selalu menunaikan salat. Kamu boleh meninggalkanku, tapi jangan meninggalkan salat. Jangan pernah meninggalkan Tuhan pemilik langit dan bumi. 

Post a Comment

Previous Post Next Post