Tahukah kalian jika Allah saat ini sedang cemburu?
Tidakkah kita sadar jika Allah sedang cemburu? Kita yang terbuai oleh dunia dan melupakan-Nya. Terkadang kecintaan terhadap makhluk-Nya juga membuat diri tak sadar jika selama ini Allah mencintai kita dengan sabar dan lebih besar dari siapapun. 

Manusia memang begitu, seringkali terlupa jika sedang bahagia dan menangis terisak-isak ketika merasa masalah yang dihadapinya cukup besar. Kepada siapa kita kembali ketika dunia terasa begitu jahat?

Apakah kalian sangat mencintai keluarga?
Keluarga adalah anugerah yang tidak dapat ditukar dengan apapun. Meski ada beberapa orang yang diuji dengan memiliki keluarga yang tidak dapat menjadi rumah untuk pulang, namun hal itu tidak menjadi alasan kita untuk membenci keadaan. Karena segala ketentuan yang Allah putuskan maka itulah yang terbaik.

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لاَ تُلْهِكُمْ أَمْوَالُكُمْ وَلاَ أَوْلاَدُكُمْ عَنْ ذِكْرِ اللهِ وَمَنْ يَفْعَلْ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ

Hai orang-orang yang beriman, janganlah harta-hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang rugi.”
(‫Al-Munafiqun: 9)

‫Dari ayat diatas kita tahu bahwa tidak ada sesuatupun yang boleh membuat manusia lalai untuk mengingat Allah. Bagaimana mungkin kita sering melupakan Dia yang telah memberikan semua kenikmatan dalam hidup? Ini bukan hanya tentang surga neraka namun bagaimana kita dari hari ke hari semakin bertakwa.

Bahkan jika kita sangat mencintai keluarga hal itu tetap tidak boleh sampai membuat kita lalai terhadap Allah swt. Karena keluarga adalah bagian yang akan pergi. Tidak ada yang benar-benar kekal di dunia ini. Semua akan kembali tatkala Dia berkehendak. 

Untuk kita yang mungkin merasa tidak memiliki keluarga, ketahuilah keluarga tidak harus sedarah, karena hakikatnya semua umat manusia adalah bersaudara. Kita keluarga dalam satu agama yang sama, jika tidak begitu maka kita adalah keluarga dalam satu wilayah dan satu tempat berpijak, yakni bumi Allah. 

Apakah kalian sangat mencintai harta dan tahta yang saat ini dimiliki? 
Segala apa yang ada di dunia ini hanyalah sementara, maka tidak ada harta atau tahta yang harus dipertahankan dengan mati-matian. Allah memang memerintahkan kita untuk mempertahankan apa yang kita miliki, namun hal itu harus dalam hal kebaikan yang tidak akan membawa mudarat.

Kedudukan dan tahta sifatnya fana. Dapat berpindah ke tangan orang lain. Jangan haus kekuasaan, karena itu adalah salah satu dari sekian banyak tujuan setan yang berusaha membuat manusia buta dengan buaian gemerlap dunia.

Uang bukan segala-galanya namun segalanya membutuhkan uang. Sebagai makhluk ekonomi hal itu benar. Namun apakah kita akan menggadaikan aqidah hanya untuk uang? Lalu dimana letak keimanan itu?

Jika agama di tangan kanan lalu harta dan tahta di tangan kirimu, mana yang akan kamu pilih? Gunakan iman dihatimu dan akal untuk memilih ketiganya, berjihadlah demi agamamu dengan harta dan tahta yang kamu miliki, agar tegak Islam di bumi Allah karena hamba-hamba yang kaya dan berkuasa selalu memperjuangkan agama-Nya.

Apakah kalian pernah sangat mencintai Seseorang?
Pernah merasa sangat mencintai sesuatu? atau seseorang? Merasa seolah tidak akan lengkap hidup ini jika tanpa dirinya? Tapi ketahuilah bahwa Allah lebih mencintaimu dari apa yang kita tahu. Allah mencintai kita tanpa pamrih, tidak menagih tiap nafas yang telah kita hembuskan, Allah tidak meminta sepeserpun  atas setiap kenikmatan yang kita dapatkan.

Tidakkah kita merasa Allah begitu mencintai kita? Coba ingat-ingat lagi bagaimana Allah menjaga kita dari setiap keburukan dan marabahaya. Mari renungkan berapa banyak hal-hal sulit yang kemudian menjadi mudah karena maunah-Nya. 

Namun seringkali kita menilai bahwa Allah hanya menimpakan ujian, setiap hari yang dihadapi hanyalah kesialan demi kesialan, tidak ada yang indah. Seringkali memukul rata setiap kejadian dan lupa bahwa Allah sering memberikan hal-hal baik yang tidak pernah kita syukuri. Selalu merasa kurang dan tidak pernah cukup.

Manusia lebih sering marah jika apa yang diinginkan tidak didapat. Mulai berburuk sangka bahwa Allah sedang mempermainkan takdir, menghianati usaha dan doa yang dilakukan hamba-Nya. Kita tidak akan pernah bisa berpikir dengan jernih jika  lebih mendahulukan kemarahan. Jika lebih dulu merasa kecewa, kita tidak akan bisa berpikir bahwa sesuatu yang terjadi memang lebih baik. 

وَعَسَى أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ وَعَسَى أَنْ تُحِبُّوا شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَكُمْ وَاللهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لاَ تَعْلَمُونَ
“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui.”
 (Al-Baqarah: 216)

Cinta memanglah cinta, namun yakinkah jika kamu mencintanya karena Allah? Pernahkah merasa begitu merindukan seseorang? Lalu sekarang, pernahkah kamu merindukan saat-saat dimana kamu bersujud kepada Allah? Seberapa banyak  kamu mengingat-Nya dalam sehari semalam? Seberapa banyak sebutan nama-Nya terucap dari hati dan lisanmu? Berapa banyak waktu yang kamu sengaja gunakan untuk bercengkerama dengan-Nya? Ataukah mungkin selama ini, tidak ada waktu yang benar-benar berkualitas ketika menghadap kepada-Nya?



Bukankah tanda-tanda cinta adalah sering menyebutkan namanya? Mungkin selama ini kita tidak menyadari jika Allah sedang menanti kita untuk pulang kepada-Nya. Bisa jadi Allah sedang rindu dengan dizikir dan setiap puji-pujian dari lisan kita, yang dulu di  setiap sepertiga malam tak pernah absen bertasbih dan bertahmid, namun entah karena apa kemudian kita berpaling dan mulai menjauh.

Apakah Allah memiliki sifat cemburu?
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam- bersabda :

إِنَّ اللَّهَ يَغَارُ وَغَيْرَةُ اللَّهِ أَنْ يَأْتِيَ المُؤْمِنُ مَا حَرَّمَ اللَّهُ
Sesungguhnya Allah cemburu, dan kecemburuan Allah ketika seorang mu’min melanggar apa yang Allah larang” (Muttafaqun ‘alaihi)

Loh, Allah punya sifat cemburu? Kok terkesan menyama-nyamakan Allah dengan makhluk-Nya ya?

Kita harus tahu bahwa Allah memiliki sifat cemburu berdasarkan keagungan-Nya. Kecemburuan Allah berbeda dengan makhluk-Nya, dan sekali lagi tidak dapat disamakan. 



Allah akan cemburu jika kita lebih banyak mengingat urusan duniawi dibanding mengingat-Nya, jika kita mencintai makhluknya melebihi rasa cinta kepada-Nya. Allah benar-benar cemburu jika kita melakukan hal-hal yang sudah jelas diharamkan. Perbuatan yang keji mampu memicu kecemburuan Allah swt.

Dalam riwayat lain, dari Aisyah Radiyallahu Anha dikisahkan bahwa Rasulullah SAW pernah dalam sebuah khutbahnya begitu menggebu-gebu ketika menjelaskan tentang hal ini. Saat itu sedang terjadi gerhana matahari, setelah shalat bersama sahabat, beliau berdiri dalam mimbar dan berpesan panjang, diakhir khutbah itu Rasulullah bersabda yang artinya: 



“Hai umat Muhammad, tidak seorang pun yang lebih cemburu daripada Allah, bila hambanya, lelaki maupun perempuan, berbuat zina. Hai umat Muhammad, demi Allah, seandainya kalian tahu apa yang kuketahui, tentu kalian banyak menangis dan sedikit tertawa. Ingatlah! Bukankah aku telah menyampaikan”. (Shahih Muslim No.1499)



Rasulullah saw bersabda :

“Tidak ada seorangpun yang lebih menyukai pujian daripada Allah maka oleh karena itulah Dia memuji Zat-Nya sendiri. Dan tidak seorangpun yang lebih cemburu daripada Allah maka karena itu Allah mengharamkan perbuatan keji.” (Bukhari Muslim)

Bukan kapasitas manusia untuk menerka-nerka bagaimana bentuk kecemburuan Allah swt. Kaifiyah kecemburuan Allah bukanlah hal yang harus diketahui manusia. Biarlah hal tersebut menjadi urusan yang Maha Kuasa.

Lalu mengapa jika Allah Maha Agung namun menyukai pujian dari para hamba? Karena Allah mencintai setiap hamba yang selalu mengingat dan bertasbih menyebut nama-Nya. 

Bukankah jika Allah adalah yang Maha Agung seharusnya tidak perlu pujian lagi dari makhluk ciptaan-Nya. Sungguh pertanyaan-pertanyaan yang dapat merusak iman harus dienyahkan jauh-jauh. Berhentilah berpikir yang membuat Allah terkesan sama dengan makhluk-Nya, karena sifat Allah adalah berbeda dari semua makhluk ciptaan-Nya.

Bahaya telalu mencintai dunia
Tidak ada yang lebih berbahaya dari rasa cinta kepada dunia secara berlebihan. Terlalu mencintai dunia merupakan pangkal dari seluruh masalah dan kesalahan yang akan berdampak buruk. Allah swt telah berfirman dalam surah Ar-Rum bahwa dunia ini hanya gurauan dan permainan. Maka jangan sampai kita terlena dan lupa kemana tujuan yang sebenarnya.

Ya Allah cukup letakkan dunia ditanganku,
jangan di hatiku

Allah memiliki hak prerogatif untuk mengambil semua harta yang saat ini berada ditangan kita, mengambil satu persatu orang yang kita cintai. Karena memang itu semua adalah milik-Nya, dan akan kembali kepada-Nya. Maka sebelum hal itu terjadi kita harus lebih dulu mensyukuri semua yang ada. Karena kehilangan adalah bagian yang tak pernah mudah. 

Hendaklah kita takut terhadap azab Allah yang bisa menimpa sewaktu-waktu. Jika saat ini kita masih seringkali lengah, maka mulai hari ini mari lekas berbenah. Waktu terasa berpacu semakin cepat sedang umur semakin berkurang. Jika sedikit amal kebaikan yang kita miliki, lalu dengan apa kita berbekal untuk melalui perjalanan panjang setelah mati? Kehidupan yang hakiki bukan saat ini, namun esok, ketika Allah bangkitkan lagi semua makhluk pada tiupan sangkakala ketiga.

Wallahua'lam bi sowab.


Tulisan ini dibuat untuk memenuhi tugas matakuliah Ilmu Penyuluhan. Penulis sangat-sangat menerima kritik dan saran demi meningkatkan kualitas.

1 Comments

Post a Comment

Previous Post Next Post